Dosen PBSI UMK Mengajar di Hanoi University Vietnam

Print

KUDUS - Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) Eko Widianto, M.Pd mengajar mahasiswa Hanoi University, Vietnam. Selain itu juga mengajar masyarakat umum Vietnam di pusat pameran kebudayaan di Kedutaan Besar Indonesia di Vietnam.

 

Eko Widianto mengatakan, dirinya mengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dan mengenalkan budaya di Hanoi University. ”Saya mengajar sekitar empat bulan, berakhir 10 desember 2018 ini,” katanya kemarin.

 

Selain mengajar bahasa Indonesia, dia juga mengajar di sebuah pusat pameran kebudayaan yang didesain seperti cafe yang dimiliki KBRI Hanoi, yakni Umah Indo. Khusus di Umah Indo, yang belajar tak hanya mahasiswa, tapi masyarakat umum.

 

Eko Widianto sendiri merupakan pengajar lepas BIPA Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud setelah lolos seleksi pada 2016.  Sehingga bisa bertugas sebagai pengajar Bahasa Indonesia dan budaya di Vietnam. ”Tentu setelah mendapatkan izin dari UMK,” terang pria kelahiran Jepara, 22 Mei 1992 ini.

 

Sebelum mengajar di Vietnam, Januari sampai dengan Mei 2017, dia ditugaskan mengajar BIPA ke Tunisia, Afrika Utara. Karena dinilai baik, akhirnya kembali ditugaskan mengajar di Hanoi University.

 

Dia menambahkan, karakteristik orang Vietnam cukup unik, dalam bahasa Vietnam dikenal intonasi. Sehingga mereka selalu belajar Bahasa Indonesia sesuai dengan intonasi yang dilafalkan oleh pengajarnya.

 

Alhasil, mereka cukup cepat belajar Bahasa Indonesia dengan baik. Selain itu, orang Vietnam memiliki etos belajar yang kuat dan baik. ”Jadi cukup menarik ketika mengajar,” jelas pria yang tinggal di Jl Tubagus Rt 04 Rw 01 Kerso, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.

 

Untuk kelas budaya, kegiatannya antara lain nonton film Indonesia, masak perkedel, kolak dan masakan dan minuman lain khas Indonesia. Selain itu juga bermain permainan tradisional Indonesia seperti dakon dan lainnya. Kegiatan lainnya, melakukan diplomasi program atau promosi program ke beberapa instansi. Lalu mengembangkan bahan ajar BIPA untuk Hanoi University Vietnam.

 

Selanjutnya, belajar Bahasa Vietnam dan mengikuti beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Hanoi University dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Sana. ”Kegiatan saya cukup padat dan tentunya menambah pengalaman,” ungkapnya.

 

Dia menambahkan, sementara untuk UMK dan Hanoi University, banyak peluang kerjasama yang diambil. Mulai  dari pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, Joint seminar, supporting pembukaan jurusan bahasa Indonesia di Hanoi University, supporting Unit BIPA di UMK, dan sebagainya.

 

Ia berharap Program Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di Vietnam terus berlanjut, makin tahun pemelajar makin banyak. “Selain itu semoga tahun depan BIPA menjadi mata kuliah wajib di Hanoi University, dan semoga tahun-tahun berikutnya Hanoi University Vietnam membuka jurusan bahasa Indonesia, agar bahasa Indonesia makin dikenal di dunia.” Harapnya.  (Ahsin).